Twitter Stream
Terpengaruh Kemungkinan Efek Lumpuh Pascabedah
Surabaya – Seseorang sering meremehkan keluhan sakit. Kalau belum parah, mereka belum berobat. Pola seperti itu, salah satunya dilakukan pasien – pasien HNP (Hernia Nucleus Pulpolus) alias kecetit pinggang.
Menurut Spesialis bedah saraf RS. Bedah Surabaya dr. M. Sofyanto SpBS, hampir saban minggu dirinya kedatangan pasien baru kecetit pinggang. Ironisnya, banyak pasien yang datang dalam kondisi terlambat. Setelah dirunut, dokter yang akrab disapa Sofyan itu menemukan banyak stigma soal penyakit pinggang.
Yang paling sering, pasien beranggapan, pengobatan sakit di daerah pinggang oleh dokter hanya mengakibatkan lumpuh atau impoten. “Itu efek samping operasi zaman dulu. Dalam 10 tahun terakhir, sudah ada teknik operasi yang lebih canggih, sehingga risikonya jauh lebih kecil,” jelas alumnus Nagoya University Hospital, Jepang itu.
Pada penyakit yang juga dikenal spondylosis lumbal tersebut, menurut Sofyan terjadi penekanan pada persarafan spinal. Dia menyayangkan, banyak pasien yang datang dalam kondisi kesakitan. Bahkan, beberapa diantara mereka terlanjur lumpuh.
Padahal, tindakan medis seperti operasi untuk kasus HNP mengalami banyak kemajuan. Salah satunya, posterior lumbal interbody fusion (PLIS). Dengan operasi bedah minim risiko itu, pasien HNP memerlukan recovery selama dua hari.
Meski begitu, Sofyan mengimbau masyarakat untuk tidak menyepelekan keluhan HNP. Antara lain, nyeri pinggang bawah menjalar ke sepanjang kaki, rasa tebal, kesemutan, terasa berat dan lemas bila berjalan jauh. Pada kondisi lanjut, juga terjadi kelumpuhan dan gangguan fungsi seksual hingga susah buang air besar.
“Yang utama, kalau ada nyeri pinggang bawah yang menetap minimal dua bulan, harap segera diperiksa,” tegas alumnus FK Unair tersebut.
Salah satu pasien kecetit pinggang yang datang dalam kondisi terlambat adalah Arum Sabil, 47. Laki – laki yang menjabat Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) itu merasakan nyeri pinggang bawah selama setahun terakhir.
KONDISI STABIL : Tekanan darah Arum Sabil sedang diukur di ruang perawatan Rumah Sakit Bedah Surabaya (Senin, 1/3).
“Tapi, setelah saya pakai untuk olahraga, selalu membaik. Selain itu, kalau dibawa ke dokter, nanti takutnya malah lumpuh. Banyak yang bilang seperti itu,” tutur laki – laki asal Jember tersebut.
Puncaknya, awal Maret kaki Arum benar – benar lumpuh. Sebelum berkonsultasi dengan dr. Sofyan, Arum sempat berkonsultasi ke beberapa dokter. Bahkan, ketika dr. Sofyan menawarinya untuk operasi, Arum baru berani menjalani operasi seminggu setelah itu.
“Itu pun karena saya melihat dua orang yang kasusnya sama seperti saya yang juga operasi. Kemudian, kondisinya semakin membaik,” katanya. Kini Arum bisa berjalan kembali. (ina/c5/nda)
New Member
Maria Sri Warni
Nama : Mari Sri Warni
Asal / Umur : Surabaya / 66
Lama Sakit : 5 Tahun
Sisi Wajah : Kiri
STORY
Setelah 18 Tahun, Baru Kutemukan Jalan Keluarnya
Eliya : saya mengalami kedutan sudah lama, sekitar sejak tahun 95, sudah 18 tahun – an. Awalnya hanya kedutan sedikit dan jarang – jarang di ujung mata kanan saya, semakin lama intensitasnya semakin tinggi dan itu yang saya alami sampai sebelum operasi 7 Mei 2013 kemarin.
Hal yang paling di ingat oleh Eliya (62) saat masih hidup berteman dengan spasme di wajahnya adalah suntik botox yang di lakukannya pada bulan Oktober 2012 kemarin. “saya pernah suntik botox sekali pada bulan sepuluh ketika anak saya selesai kuliah, saya pergi jakarta untuk botox”, kata Eliya saat ditanyai riwayat pengobatannya selama menderita spasme.
Read more...